About STBI

Sejarah Singkat

Di atas bukit Simongan, Semarang diletakanlah dasar bagi Seminari Theologia Baptis Indonesia yang sekarang disebut sebagai Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia (STBI). STBI dirintis oleh para Utusan Injil Luar Negeri dari Konvensi Baptis Selatan. Pelayanan STBI dimulai  pada tanggal 11 Oktober 1954, dengan menggunakan tiga bangunan sederhana dari bambu di atas tanah seluas 12.000 m2.

Tanah untuk STBI diperluas menjadi 20.929 m2. STBI dibangun di atas bukit dengan panorama yang sangat indah: perbukitan, lautan, dan sungai yang panjang. Tiga orang pengajar memulai pelayanannya di STBI yaitu Dr. Buford L. Nichols dan isterinya Marry Francise, serta Dr. Chaterine Walker. Kelas pertama dimulai dengan 12 orang mahasiswa.

Pada tanggal 30 Nopember 1956 dilaksanakan peresmian gedung utama STBI. Gedung utama tersebut diperlengkapi dengan ruang kelas, ruang kantor, rumah dosen, perpustakaan, ruang sosial dan kapel. Forrest Freezor, Sekretaris Eksekutif Baptis Texas menyatakan bahwa STBI adalah satu dari tempat terindah dari seluruh seminari-seminari Baptis di dunia.

Selanajutnya pada tanggal 6 Juni 1958 STBI melaksanakan wisuda perdana untuk 7 orang mahasiswa. Inilah buah sulung pelayanan STBI. Dari tahun ke tahun, STBI berkembang semakin baik, benih yang semula ditanam telah bertumbuh menjadi pohon yang rindang. Demikianlah gambaran STBI dari waktu ke waktu, meskipun demikian perjalanan pertumbuhannya bukanlah pertumbuhan yang senantiasa indah dan cerah, namun perjuangan, doa dan air mata mewarnai perjalanan STBI langkah demi langkah.

STBI adalah satu dari tempat terindah dari seluruh seminari-seminari Baptis di dunia. Dalam perkembangan dan pertumbuhannya dapat dipaparkan ke dalam 6 periode besar sebagai berikut:

Periode I adalah periode perintisan (1954-1957). Peletakan pondasi yang kuat adalah kunci pertama untuk  mendirikan bangunan yang mampu bertahan di segala jaman. Periode perintisan inilah gambaran pondasi yang telah diletakkan oleh para perintis STBI, yaitu: (1) para mahasiswa akan belajar di bangku kuliah; (2) menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari; dan (3) memberitakan Injil. Pemberitaan Injil dilakukan melalui 4 cara yaitu: Ibadah Penginjilan, Penginjilan Kaum Muda, Penginjilan Sekolah Minggu, dan Penginjilan Pribadi.

Periode II adalah periode pembangunan (1957-1970). Di atas pondasi yang telah diletakkan, mulailah dibangun gedung-gedung yang permanen seiring dengan pembangunan Tubuh Kristus yang semakin nyata dalam tahun-tahun ini. Persekutuan yang dimulai di rumah Ibu Chaterine di Jalan Wijayakusuma dengan kehadiran 1 orang Indonesia yaitu Bp. Samuel Sarendatu telah berkembang menjadi gereja Sion (sekarang GBI Seteran). STBI yang dimulai dengan kesederhanaan telah mulai diperlengkapi dengan bangunan permanen, listrik, dan air yang cukup. STBI – pun telah mulai membawa para mahasiswa menyelesaikan kuliahnya tahun demi tahun, yang dimulai dengan 7 orang buah sulung STBI.

Periode III adalah periode perluasan STBI (1979-1987). Periode perluasan seringkali mendapatkan sorotan yang lebih tajam dibandingkan yang lain karena penghapusan sistem pendidikan dalam kampus menjadi pendidikan. Artikel yang ditulis oleh Dr. avery Willis akan menolong memberikan  gambaran kenyataan masa itu dari perspektif para Misi. Dalam prinsipnya bahwa pelayanan pendidikan di Indonesia tidak dilaksanakn dengan bertujuan untuk mengacaukan namun lebih pada tujuan untuk mewujudkan pendidikan yang sesuai dengan konteks Indonesia diwaktu itu.

Periode IV adalah periode konsolidasi STBI (1979-1987). Suatu masa ketika Tuhan memakai anak-anak-Nya memadukan dua pola pendidikan yaitu pendidikan yaitu pendidikan teologia di dalam kampus seminari dan pendidikan teologia ekstensi. Kesehatian dan kerjasama diperlukan untuk memadukan dua pola yang sama-sama bermanfaat bagi pelayanan umat Baptis Indonesia. Dr. Frank L. Lewis dan Pdt. Eddy Wiriadinata dipakai Tuhan dalam proses tersebut.

Periode V adalah periode pemantapan STBI (1988-1997). Berbagai kemajuan dan  penyempurnaan dalam tiap-tiap bidang semakin nyata sebagai tindak lanjut proses konsolidasi yang telah berjalan. Statuta, struktur organisasi, maupun pengelolaan kampus dan pengajaran semakin disempurnakan serta disesuaikan dengan tuntutan perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia pada khususnya.

Keenam periode yang telah terekam dalam perjalanan pertumbuhan seminari diatas bukit ini telah dengan nyata memperlihatkan tangan Tuhan yang luar biasa

Periode VI adalah periode peningkatan STBI (1998-2004). Tuhan mencurahkan anugrah-Nya melalui berbagai macam pengalaman yang semakin mendewasakan STBI sebagai lembaga pendidikan teologia yang berjiwa seminari. STBI kembali meningkatkan penerapan visi dan misi yang telah diletakan sebagai pondasi bagi sebuah seminari yang berjiwa misioner. Visi utama untuk melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus kembali diletakkan pada porsi demi pewarisan iman dan kemajuan pelayanan Injil di masa depan. Pada tahun 2003-2004, Tuhan mulai mempersiapkan STBI untuk menjadi bagian dalam pelayanan Injil se-dunia. Ladang pelayanan tidak lagi hanya terbatas di sekitar lingkungan gereja setempat dan suku-suku terabai di Indonesia, namun Tuhan telah membukakan visi agar STBI terlibat di mana Tuhan sedang bekerja yaitu di seluruh dunia.

Periode VII adalah periode jejaring pelayanan STBI (2005-2012). Pada periode ini, STBI menggembangkan statusnya sebagai lembaga pendidikan tinggi teologi berdasarkan para meter Undang-undang Pendidikan Tinggi yang berlaku di Indonesia dan berada dalam kesejajaran disiplin ilmu dengan ilmu-ilmu yang lainnya. Seiring dengan hal itu, STBI juga mengalami perkembangan dalam jejaring pelayanan yang lebih luas, bukan hanya di lingkungan Gereja-gereja Baptis saja, melainkan juga meliputi gereja-gereja dari denominasi dan sinode non-Baptis.

Periode VIII adalah periode Konsolidasi STBI Tahap II (2012-2016). Dalam periode ini, penyelenggaraan STBI memasuki masa penataan sistem pendidikan tinggi yang diatur berdasarkan Undang-undang. Oleh karena itu, STBI berstatus terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi, baik secara kelembagaan pendidikan tinggi maupun selaku penyelenggara program studi. Para dosen penggampu perkuliahanpun memiliki standar mutu kedosenan dan bersertifikat sebagai dosen pendidikan tinggi.

Periode IX adalah periode Sinergi dan Kolaborasi STBI dengan Gereja-gereja (2016-sekarang). Pada periode ini STBI meningkatkan kerjasama secara bersinergi dengan Gereja-gereja, khususnya di bawah naungan Gabungan Gereja Baptis Indonesia (GGBI) dan Yayasan Baptis Indonesia, khususnya dalam rangka mendukung program GGBI: Gereja Mengutus, Memberitakan dan Menggembangtumbuhkan (GM3). Terutama dalam mengembangtumbuhkan gereja melalui pemberitaan Injil dan penanaman jemaat baru.

Visi

Menjadi perguruan tinggi yang unggul dalam pendidikan, penelitian, dan pengembangan keilmuan teologi berasaskan Baptis tingkat internasional pada tahun 2035.

Misi

  1. Mewujudkan tata kelola institusi yang menerapkan prinsip good governance.
  2. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang unggul berbasis penelitian dalam bidang teologi dan pendidikan Kristen yang berasaskan Baptis di tingkat nasional dan internasional.
  3. Melaksanakan penelitian di bidang teologi dan pendidikan Kristen yang inovatif.
  4. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di bidang teologi dan pendidikan Kristen.
  5. Membangun pusat pengembangan keilmuan teologi berasaskan Baptis tingkat nasional dan internasional.

Tujuan

  1. Menghasilkan tata kelola institusi yang menerapkan prinsip good governance.
  2. Menghasilkan lulusan yang setia dengan nilai-nilai Alkitab dan kompeten dalam bidang akademis dan praktis.
  3. Menghasilkan luaran penelitian di bidang teologi dan pendidikan Kristen.
  4. Menghasilkan karya pengabdian kepada masyarakat dalam bidang teologi dan pendidikan Kristen.
  5. Menjadi pusat pengembangan keilmuan teologi berasaskan Baptis tingkat nasional dan internasional.